Selamat Datang, November

Bukan hal biasa jika kukatakan sedemikian rupa.
Betapa aku tak sanggup menggambarkan lukisan-lukisan dalam pikiran yang tergores begitu saja. Tanpa rencana..

Dan di sini, satu bulan lagi telah berlalu. Menyisakan cerita dalam masing-masing hati yang tak hentinya bertanya. Ada yang telah menemukan jawabnya, namun masih banyak pula yang terombang-ambing, dalam perjalanannya..

Aku masih setia pada tempat yang sama. Duduk berdua dengan kesepianku. Yang walau sunyi, namun tak pernah terasa hampa. Bau rerumputan dan hujan yang basah masih menemaniku mengguratkan sketsa. Di sudut langit, atau di dinding hati yang terkadang resah. Semua itu berarti, bukan hanya sekedar pembuka atau penutup hari.

Ah, Oktober berlalu. Sampai kapan harus kutunggu? Di depan jendela ini selalu kupandang bayangmu yang berlari. Terkadang, yang kulihat hanya jalan berbatu. Tak mengapa. Memikirkanmu saja telah lebih dari cukup. Rasanya aku bisa bermimpi kembali, setelah sekian lama harapanku padam. Namun waktu, ternyata telah demikian berubah. Ada hal yang tak sampai untuk kujawab dengan 'karena', dan kubiarkan terus ia menjadi sebentuk tanya, 'mengapa'. Begitu pula kehilanganmu, sebelum aku sempat memiliki..

Banyak yang datang, dan banyak yang pergi. Aku tak pernah berharap banyak, atau menganggap bahwa yang datang akan tetap tinggal selamanya. Kelak mereka akan pergi, satu per satu. kelak mereka akan lelah karena aku tak jua membuka pintu. Sekalipun aku menemui mereka di beranda dengan jamuan sekadarnya, kata yang itu-itu saja. 

Bukan aku tak mau. Hanya saja.. Aku tak bisa..

Entah atas nama apa aku tetap berdiri pada pijakan yang sama. Hanyut, lepas, begitu semuanya terlepas. Kuhilangkan sejenak perdebatan dalam jiwa yang ingin kuutarakan. Lalu kubiarkan episode baru menjemputku di ambang pintumu.

Entahlah, walau aku merasa ragu..

Selamat datang, November baru.